Mchsholehuddin Blog

April 19, 2009

Turunnya Nabi Adam Dari Surga

Filed under: Uncategorized — mchsholehuddin @ 6:27 am

فأزلـهما الشــيطان عنها فأخـرج هما مما كان فيه وقلنا إهبطوا بعـضكم لبعـض عــدو ولكم في الأرض مستقر ومتاع الى حين (البقره:36)
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu, dan dikeluarkan dari keadaan semula, dan kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS Al Baqarah, 36).
Tafsiran lafadz di atas ialah yang dimaksud الشــيطان ialah Iblis, maksudnya Iblis menyesatkan dan menggelincirkan Nabi Adam dan Siti Hawa dari surga, adapun maknanya ialah bermakna menjauhkan kedua-Nya dari surga. Dan kejadian ini terjadi setelah Iblis diusir dari surga lantaran enggan bersujud kepada Nabi Adam ketika diperintah oleh Allah. Dan perintah sujud itu terjadi sebelum Nabi Adam belum masuk ke Surga dan ketika Iblis Alla’iin enggan bersujud kepada-Nya maka Allah mengusirnya dari surga, dan menyuruh Nabi Adam dan Ibu Hawa untuk masuk ke surga dan menetap di dalamnya.
Di tafsir lain disebutkan tafsiran ayat tersebut ialah tergelincir, seperti halnya orang yang mana kakinya berpacu pada suatu tempat, kemudian ia tergelincir dari tempat tersebut, maka ia akan berpaling dari tempat tersebut
Selain tafsir-tafsir di atas ada yang mengatakan bahwa tafsiran Ayat di atas juga menafsirkan dengan kata tergelincir, dan adapun maknanya ialah Iblis menjadikan Nabi Adam dan Siti Hawa tergelincir atau tersesat dari surga dengan tipudayanya dan Iblis berhasil di dalam menipu keduanya.
Di dalam tafsir Bahrul Muhith dijelaskan yang dimaksud lafadz فأزلـهماIblis menjadikan kedua-Nya tergelincir dari surga disebabkan memakan buah-buahan yang telah dilarang oleh Allah. Adapun makna dari lafadz مما كان فيه ialah kebahagiaan hidup dan kesenangan, namun Allah kemudian mengeluarkan keduanya ke bumi untuk merasakan susah payah, dan untuk sebagai Kholifah di bumi.
Demikianlah sifat Iblis Alla’iin selalu dihiasi dengan perasaan dengki. Karena demikian besar nikmat Allah yang diberikan kepada Adam dan Hawa dalam Surga, maka timbullah rasa dengki dan iri hati Iblis, kemudian ia berusaha dengan segala daya dan bagaimana caranya agar nikmat yang ada pada Adam dan Istrinya itu hilang. Maka dari itu Adam dan Hawa mulai dibujuk dengan kata-kata yang halus dan manis agar mau memakan buah Khuldi yang dilarang Allah, Akhirnya keduanya tertipu, sehingga berani makan buah yang dilarang itu. Dan sebagai hukumannya kedua-Nya diturunkan ke dunia.
Demikian pula dengan orang yang beriman hanya dengan hatinya tapi tidak disertai dengan amalan anggota badan, ini adalah keadaan Iblis, dia percaya pada kekuasaan Allah, Dzat yang menghidupkan dan mematikan. Dia meminta penangguhan kematiannya, dia juga percaya terhadap adanya Hari Kiamat, tetapi dia tidak beramal dengan tubuhnya. sebagai contoh ia enggan sujud ketika Allah menyuruhnya untuk sujud kepada Nabi Adam. Seperti Firman Allah di dalam surat Al Baqarah:34.

Referensi

1.    Sulaiman bin Umar Al-Ujaily As-Syafi’i As-Shyahir Biljamal. “Futuhatul Ilahiyah”. Hal 43/01. Perc:   Daruihyaitturast Al Arabiy (Bairut Libanon).
2.    Fakhrurrozi. Tafsir Fahkrurrozi. Hal 455/2. Perc: Daruihyaitturust Al Arabiy (Bairut Libanon) th 2001.
3.    Muhammad bin Yusuf As-Syahir Bi Abi Hayyan Al Andalusiy Al Gornathiy. “Bahrul Muhith”. Hal 259/01, Darul Fikr (Bairut Libanon) Th 2005.
4.    Muhammad bin Yusuf As-Syahir Bi Abi Hayyan Al Andalusiy Al Gornathiy. “Bahrul Muhith”. Hal 259/01, Darul Fikr (Bairut Libanon) Th 2005.
5.    LP3EM= Lembaga Penunjang Pembangunan Pendidikan dan Ekonomi Masyarakat. “Sejarah Islam”. Hal 2. Perc: Sinar Wijaya. Th 1992.
6.    Abdul Hamid Al-Bilaly. “Apa Yang Menghalangimu Untuk Berhijab”. Hal 28. Yayasan Al Sofwa Jakarta. Th 1996.
7.    أَ بَى وَاسْتَكْبَرَوَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ. البقرة:34
Artinya : “Ia (Iblis) enggan dan takabbur dan adalah dia termasuk golongan orang-orang kafir”. (Al Baqarah :34).

April 12, 2009

Makluk Pertama Di Bumi

Filed under: Uncategorized — mchsholehuddin @ 6:33 am

وإذقال ربك للملائكة إني جاعل فى الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدمأ ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم مالاتعلمون. (البقرة-30)

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah dumi.” Mereka berkata, “apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ketehuilah! Sesungguhnya ayat di atas adalah ayat yang diturunkan oleh Allah swt sebagai proses dijadikannya Nabi Adam dan bagaimana Allah memuliakan kepada-Nya, dan ini adalah sebuah kenikmatan yang menyeluruh bagi semua anak cucu Nabi Adam1.
Para Ulama’ di dalam menafsiri ayat tersebut berbeda-beda pendapat, kemudian Imam Dhohhak menceritakan sebuah Hadist dari Ibnu Abbas, sesungguhnya yang dimaksud feman Allah tersebut adalah para Malaikat yang berperang bersama dengan Iblis (melawan para jin), karena sesungguhnya ketika Allah menempatkan para jin di bumi, dia membuat kerusakan di bumi dan sering meneteskan darah dan saling membunuh satu sama lain, maka dari itu Allah mengutus para Iblis sebagi andil tentara Para Malaikat, kemudian Para Malaikat membunuh para Jin dengan tentara-Nya sampai Para Malaikat berhasil mengeluarkan Jin dari bumi dan Para Malaikat membuang jin tersebut ke pinggiran laut2.
Kemudian siapakah yang dimaksud Khalifah di dalam firman Allah tersebut? Didalam masalah ini ada Qoul (pendapat):
1. Nabi Adam
2. Anak dari Nabi Adam sendiri,
Adapun yang dimaksud dengan lafadz أتجعل فبها من يفسد فيها di sebutkan dalam kitab Tafsir Fakhrurroziy, ialah anak cucu Nabi Adam (seperti kita ini)3.
Adapun makhluk pertama yang singgah dibumi ialah Banull-Jaan ialah bapaknya Para Jin seperti halnya Nabi Adam sebagai bapaknya sekalian manusia. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata Abun (bapak) ialah para Iblis, dan ada yang mengatakan makhluk lain (Banull-Jaan). Adapun Iblis adalah bapaknya para Syetan4.
Mengambil pemahaman dari semua keterangan dari beberapa kitab yang telah saya terjemah di atas, bahwa firman Allah tersebut khitob ( tertuju) kepada semua Para Malaikat tanpa terkecuali, karena kalau kita analisa lebih dalam kata Al malaikah adalah memberi faidah umum bukan memberi faidah takhsis, meskipun kalau kita lihat dari segi lafadz, lafadz Al malaikah adalah berbentuk mufrad bukan jama’,
Mengenai makhluk pertama yang bertempat tinggal di bumi ialah para Jin yang kemudia dibunuh oleh Para Malaikat karena para Jin berbuat kerusakan di bumi dan saling bunuh-membunuh satu dengan yang lain. Dan adapun Iblis ikut berperang melawan Jin sebagi tentara dari Para Malaikat yang kemudian berhasil menyingkirkan Jin dari muka bumi.

Referensi

1. Fakhrurrozi. Tafsir Fahkrurrozi. Hal 383/2. Perc: Daruihyaitturust Al Arabiy (Bairut Libanon) th 2001.
2. Fakhrurrozi. Tafsir Fahkrurrozi. Hal 388/2. Perc: Daruihyaitturust Al Arabiy (Bairut Libanon) th 2001.
3. Fakhrurrozi. Tafsir Fahkrurrozi. Hal 388-389/2. Perc: Daruihyaitturust Al Arabiy (Bairut Libanon) th 2001.
4. Sulaiman bin umar al-ujaily as-syafi’I as-shyahir biljamal. Futuhatul ilahiyah. Hal 39/01. Perc: Daruihyaitturast Al Arabiy (Bairut Libanon).

April 5, 2009

Kepribadian yang Optimisme

Filed under: Uncategorized — mchsholehuddin @ 7:08 am

Kepribadian yang optimisme ialah sifat standart yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap orang khususnya bagi para pelejar, baik itu santri maupun non santri, karena sifat tersebut akan membawa kepada kesuksesan yang alami.

Namun, terlebih dahulu mari kita membahas apa yang dimaksud optimisme tersebut. Perlu kita pertanyakan, apakah yang dimaksud dengan kata optimisme tersebut..? kalau menurut saya optimisme ialah yakin akan keberhasilan, semua orang yang memiliki kepribadian yang optimisme maka ia akan memperoleh apa yang ia cita-citakan dengan baik dan gampang, Karena dihatinya selalu terucap kata-kata keberhasilan, kalau dihatinya selalu ada kata-kata keberhasilan maka dia tidak akan takut melakukan segala hal yang ia kehendaki dan otomatis ia akan menemukan sebuah kesuksesan yang memuaskan, hanya dengan berbekal kepribadian yang optimisme.

Pernah kita mendengar dan juga kita pelajari sebuah Hadist Nabi yang menerangkan perlunya keoptimisan dalam berdo,a kepada Allah, yang artinya ialah:

Berdoalah kamu semua kepada Allah, dan yakinlah bahwa Allah akan mengabulkannya, dan ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan do’a yang keluar dari hati yang yang lupa dan lalai.

Maksud dari hadist di atas ialah didalam memanjatkan do’a kepada Allah swt kita diharuskan mempunyai keyakinan, harus ada keoptimisan dalam diri kita, agar do’a yang kita panjatkan dapat dikabulkan oleh Allah, Karena seperti pada Hadist tadi bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a yang keluar dari hati yang lalai. Jadi dari sini dapat kita ambil pemahaman bahwasannya keoptimisan sangat diperlukan.

Adapun lawan kata dari optimis ialah pesimis yang artinya adalah kurang yakin atau bisa di artikan dengan pendek harapan, maksudnya ialah didalam melakukan sesuatu yang selalu mempunyai keyakinan bahwa yang dilakukan tidak akan berhasil mulus, nah hal ini sangat sulit dihilangkan dalam benak kita, dan setiap orang pasti akan mempunyai sifat ini termasuk juga penulis, namun dengan sekuat tenaga saya akan coba menghilangkan sifat ini karena sifat seperti sangat tidak baik apabila dimiliki oleh setiap manusia apalagi seorang santri,

Contoh yang sangat nampak ialah apabila kita sedang mengikuti sebuah kompetisi yang mana lawan yang akan kita hadapi mempunyai kapasitas yang mendukung dan mempunyai potensi yang sangat menonjol dibandingkan kita. Disini akan nampak sebuah perasaan tidak mampu melawan atau mengalahkan lawan kita tersebut, dan otomatis dalam kompetisi tersebut kita akan mengalami kekalahan. itulah yang dimaksud dengan sifat pesimis selalu merasa kurang mampu di dalam melakukan segala hal dan sifat ini harus kita buang jauh-jauh dari diri kita.

Penutup

Setiap orang pasti mendambakan keberhasilan, namun kadang-kadang setelah melakukan segala hal dengan penuh harapan ternyata kenyataannya nihil keberhasilan tersebut tidak bisa didapatkan, hal seperti memang sangat biasa dan selalu datang menghantui seseorang. Tapi meskipun begitu kita harus mempunyai fikiran positif dan selalu sadar coba kita introspeksi diri kita mungkin kita belum menanamkan sifat optimis pada diri kita. Jangan mempunyai fikiran nagatif kepada siapapun apa lagi kepada Allah, selalu berdo’alah kepada-Nya dengan penuh keyakinan dan hati yang bersih pasti suatu saat nanti keberhasilan dapat kita peroleh dengan baik.

Tiada yang lebih dari pada mengenal arti kehidupan yang sesungguhnya jadikanlah kegagalan hari ini sebagai pintu kebersilan pada hari esok, karena kegagalan bukanlah suatu kekalahan, tapi ia adalah kemenangan yang tertunda.

Blog di WordPress.com.